11 Agustus 2014

EFENDY NAIBAHO, TAK KAPOK2 NYALON TERUS 


Efendy Naibaho, Pemimpin Redaksi Situs Berita Online: www.formatnews.com, www.pusukbuhit.com, www.jokowi-online.com dan Direktur Utama Radio Soara Pusuk Buhit, di Pangururan,  juga ketua Yayasan Pusuk Buhit dan Ketua Forum Peduli Danau Toba,  pernah bersiap-siap melangkah menuju Bupati Samosir 2010-2015. Tapi gagal, tidak mendapat dukungan rakyat, termasuk dalam pencalonannya sebagai caleg ke DPR RI 2014 - 2019 barusan.

Kini, untuk periode 2015 - 2019, seperti tidak kapok - kapok juga, kembali mencalonkan diri menjadi Bupati Samosir setelah mengamati politik pilpres yang bisa memenangkan calon yang benar-benar didukung dan dibiayai rakyat: Jokowi - JK.

Dunia jurnalistik digelutinya sejak 1974, dimulai ketika masih ikut-ikutan menulis cerpen dan puisi serta artikel ringan di Harian Waspada Medan dan menempelkan klippingnya di koran dinding Fakultas Hukum USU, tempat dia kuliah.


Kebiasaan ini juga dilakukannya ketika masih menjadi mahasiswa seni musik di IKIP Negeri Medan (sekarang sudah berganti menjadi Unimed). hampir 3 tahun juga ngirim tulisan apa adanya. Juga pernah ikut sayembara mengarang HUT Polri yang ketika itu meminta karangan berjudul “Peran serta masyarakat dalam pemantapan Kamtibmas”.


Lama kelamaan, Efendy Naibaho, --oppung seorang puteri dari mantunya di Cisarua, Bogor --  menjadi wartawan dan staf redaksi di Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, yang dimulai dari petugas lay-out, lazim ketika itu disebut sebagai opmaker. Kemudian korektor dilanjutkan terus sebagai reporter, persisnya sejak 1978 sampai 1992.
 
Pernah juga sih sebagai asisten kepala biro untuk memimpin liputan seluruh wartawan yang ada di Medan. juga pernah sebagai koorlip dan menjabat Kabiro Siantar. Di masa ini, Efendy Naibaho sempat bergabung dengan Majalah Mingguan Berita Tempo Sumut - Aceh di Medan bersama Zakaria M Passe, Monaris Simangunsong, Burhan Piliang dan ketika itu Amran Nasution masih di Kisaran, Bersihar Lubis masih di Sibolga dan Nian Poloan di Tebing Tinggi.  Papa Finfin sekali-sekali ikutan.

Ketika menjadi wartawan itulah, dia juga aktif membantu teman-teman di  Tempo, sebagai pembantu lepas (1983 – 1985) dan pernah menjadi Project Officer Penelitian dan Potensi Pasar Majalah Tempo, Mei – Juni 1983.


Kepala biro-nya ketika itu adalah Zakaria M Pase, juga ada Monaris Simangunsong yang mengetik berita ketika itu sampai buka baju karena kantornya di Jalan Perdana Medan, masih numpang-numpang di toko buku kecil di kawasan itu dan ruang kerja Bang Jek di lantai 2 dan para reporter dadakan itu ngetik di lantai 3.


Kemudian Efendy Naibaho, mahasiswa tingkat II Fakultas Hukum USU itu pindah dan menjadi wartawan, staf redaksi dan kepala biro Harian Sentana, di Pulo Gadung, Jakarta dan Medan (1994 – 1995).


Sebelum ke Jakarta, ikut bersama suhu, begitu dia dipanggil karena Guru Besar Tako itu, namanya Syarun Isa, benar-benar suhu.


Efendy Naibaho pun menjadi reporter BSF (Bintang Sport Film) Medan, tabloid mingguan milik Syahrun Isa sampai menjadi Kepala Biro BSF di Jakarta, markasnya di Sawah Besar, sejak 1992 sampai 1995, bersama Joseph Hutabarat. Di BSF gabung bersama Sulben Siagian, Chairuddin Pasaribu cs.  


Di BSF itulah dulunya ketika kasus HKBP marak, Naibaho ramai-ramai pro-SAE Nababan. sama ketika di Sentana, bersama Rukiah br Siahaan, bos Sentana.


Kemudian menjadi reporter Persada Medan, mingguan di kawasan Medan Timur, Medan, sejak 1993 – 1998. Lantas beralih lagi menjadi reporter The Jakarta Post, di Medan, 1997 – 1999.

Ketika itu memang masa reformasi, banyak sekali peristiwa di Medan, mulai dari berita besar Dukun AS dan jatuhnya pesawat Garuda di Buah Nabar. semua diliputnya.

Di masa reformasi, boleh dikatakan, dari 10 kejadian di masa-masa itu, dia berada di tempat setidaknya di 8 lokasi. Malah sempat direncanakannya menerbitkan buku tentang reformasi dengan judul “Reformasi dari Sumber Nongkoh” tapi belum terealisasi kaerena berkas - berkas miliknya raib semuanya.


Saat reformasi sudah berjalan, salah satu hasilnya adalah SIUPP – surat ijin usaha penerbitan pers – tidak dimonopoli lagi. Efendy Naibaho pun membuat koran baru dengan SIUPP baru.


Jadilah ketika itu dia menjadi Pemimpin Redaksi Tabloid Fokus Informasi Medan (1998 – 1999) bersama Donald Sidabalok, ketika itu ketua DPW Pemuda Pancasila Sumut, kemudian Pemimpin Umum Tabloid Berita Mingguan Netral (1999), bersama rekan-rekanya Didok, Nian Poloan dan Haris Nasution.


Kemudian Pemimpin Umum Majalah Format (1999) dan tahun 2003, Pemimpin Umum Tabloid Tanah bersama Ohiao Halawa, Tabloid Ekspres bersama dr T Syaifuddin, hingga sekarang, pemimpin umum/pemimpin redaksi tiga situs berita online dan direktur utama / pimpinan Radio Soara Pusuk Buhit, radio pertama di Pangururan, Samosir.


O ya, selama 4 bulan, sempat pula Efendy Naibaho menjadi wakil pemimpin redaksi di Harian Batak Pos di Jakarta, di Jalan Kramet Asem tahun 2010 dan sekarang, juga sebagai penasehat di Harian Batak Pos Bersinar yang terbit di Medan.

Sesekali, bersama teman-temannya di Forum Peduli Danau Toba,  menggelar aksi bersih - bersih Danau Toba di Parapat dan di Terusan Tano Ponggol di Pangururan. 

Pada pilkada Bupati Samosir sekarang, 2015 - 2019, juga tetap maju sebagai calonnya, dukung ya....... !

Horas
Salam Revolusi Mental

 EFENDY NAIBAHO